KOMPAS.com - Gempa bermagnitud 7,1 yang mengguncang Cilacap dinihari tadi pukul 3.06 WIB diduga akibat proses relaksasi yang diikuti post seismik deformasi gempa sebelumnya. Peringatan tsunami sempat dikeluarkan namun akhirnya dicabut oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pada pukul 4.40 WIB.
Pengamat gempa ITB Irwan Meilano mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Cilacap berkaitan dengan gempa Pangandaran tahun 2006. Gempa Cilacap terjadi di lokasi yang sangat dekat dengan gempa Pangandaran tersebut.
"Gempa ini terjadi pada bagian atas gempa susulan akibat proses relaksasi yang diikuti post seismik deformasi gempa 2006, yang berdasarkan data masih terjadi hingga saat ini," katanya.
Gempa Cilacap diketahui terjadi akibat mekanisme normal atau sesar turun. Deformasi terjadi pada patahan seluas seluas 50 km x 25 km. Akibat gempa, diketahui terjadi pergeseran sebesar 1,5 meter.
Gempa Cilacap terjadi di dalam lempeng (interplate) Eurasia, bukan pada bidang kontak lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Karenanya, meski berkaitan gempa Cilacap ini berbeda dengan gempa Pangandaran.
Irwan mengungkapkan, dalam beberapa kasus gempa interplate memiliki potensi tsunami. Tapi, ia menjelaskan bahwa terjadi atau tidaknya tsunami tergantung pada mekanisme gempa dan magnitud gempanya.
"Kalau sesar naik itu efektifitas terjadinya tsunami lebih tinggi daripada sesar turun. Tapi walaupun sesar turun kalau magnitudnya besar dan bergesernya banyak, bisa juga terjadi tsunami,"
detikcom - Jakarta, Gempa 7,1 SR yang mengguncang Cilacap, Jawa Tengah, dini hari tadi membuat sebagian besar warga di sekitar pesisir mengungsi.
Gempa terjadi di 293 km barat daya Cilacap atau 10.01 LS dan 107.69 BT. Pusat gempa berada kedalaman 10 km.
Gempa juga antara lain dirasakan di Jakarta, Yogyakarta, Kebumen, Purworejo Denpasar, Bandung dan Bogor.
Pusat gempa ini berdekatan dengan titik gempa Pangandaran 2006. Meski demikian, gempa Cilacap berbeda dengan gempa Pangandaran.
Lokasi gempa memang berdekatan dengan gempa Pangandaran. Lokasinya tepat di bagian paling atas gempa susulan 2006.
gempa Cilacap ini terjadi sebagai tahapan dari postseismic gempa Pangandaran 2006. Deformasi pasca gempa 2006 diduganya masih berlangsung hingga kini.
Gempa ini berbeda dengan gempa Pangandaran karena gempa Pangandaran pada 2006 terjadi di bidang kontak antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Sedangkan gempa tadi terjadi di dalam lempengnya atau disebut sebagai interplate," terang Irwan.
Dugaan gempa Cilacap terjadi di dalam plate adalah karena sudut gempanya yang curam,sekitar 34 derajat. Sedangkan gempa Pangandaran, sudut gempanya sekitar 12 derajat.
Peringatan tsunami sempat dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat gempa mengguncang Cilacap. Sebab gempa terjadi di lautan dengan skala lebih dari 6,5 SR dan memiliki kedalaman yang dangkal.
"Pada saat gempa Pangandaran, mekanisme gempanya adalah sesar naik atau thrust. Sedangkan yang terjadi di Cilacap kali ini sesar turun.
Gempa di Cilacap juga dirasakan warga di kota-kota lainnya seperti Jakarta, Yogyakarta, Kebumen, Purworejo, Denpasar, Bandung dan Bogor. Karena gempa terjadi di dalam lempeng, maka lempeng itu efektif merambatkan gelombang. Karena itulah gempa terasa sampai jauh.
Gempa terjadi pada hari ini pukul 03.06 WIB di 293 km barat daya Cilacap atau 10.01 LS dan 107.69 BT. Pusat gempa berada kedalaman 10 km. Atas gempa ini BMKG sempat merilis potensi tsunami. Namun 1,5 jam setelah gempa peringatan tsunami dicabut. Peristiwa ini sempat membuat warga Cilacap panik. Mereka beramai-ramai menjauhi pantai dan menuju daerah yang lebih tinggi.